‘Terjebak’ di Gili Biras Bosang, Lombok Barat

Januari 4, 2018
5 min read

Teman-teman semua pasti senang jalan-jalan, menikmati keindahan alam yang begitu indah sambil me-refresh pikiran yang mumet setelah seminggu bekerja.

Apalagi kalau jalan-jalannya di Lombok, menikmati pesona alamnya yang sangat elok dipandang mata, pasti akan terasa sangat bahagia.

Namun, di sisi lain, selain membuat hati riang gembira, ketika jalan-jalan, kadang-kadang kita dihadapkan pada situasi yang sedikit mendebarkan dan membuat was-was.

Salah satu contohnya yaitu ketika saya dan salah seorang teman saya dihadapkan pada situasi yang sedikit membuat jantung berdetak kencang ketika mengunjungi sebuah gili di bagian selatan Sekotong, Lombok Barat.

Ceritanya begini, pagi itu saya dan salah satu teman saya sedang melakukan beach hopping di kawasan Sekotong dengan tujuan akhir yaitu Gili Biras Bosang. Gili Biras Bosang adalah sebuah gosong pasir yang akan muncul ketika air laut sedang surut.

Pantai Pengantap

Perjalanan kami mulai dari Mataram sekitar pukul 8 pagi. Waktu itu ada beberapa spot pantai yang akan kami kunjungi, yaitu mulai dari Teluk Sepi sampai Pantai Pengantap dan berakhir di Gili Biras Bosang.

Singkat cerita, kami pun mulai mendatangi satu per satu spot pantai yang ada. Untuk masalah view, gak usah ditanya lagi. Semua spot memiliki panorama alam yang bisa membuat siapa saja yang melihatnya speechless.

Setelah mendatangi satu per satu spot pantai yang ada dan tentunya tidak lupa mengambil foto, kami kemudian tiba di Pantai Pengantap. Pantai Pengantap adalah tempat “penyebrangan” jika kita hendak menuju Gili Biras Bosang.

FYI, disini saya menulisnya sebagai tempat “penyebrangan” dengan tanda kutip karena sebenarnya di sini belum ada pelabuhan sama sekali. Pantai Pengantap adalah kampung nelayan dan petani rumput laut.

Mereka mempunyai perahu-perahu kecil yang biasa digunakan untuk melaut. Nah, perahu-perahu ini bisa disewa jika anda ingin pergi ke Gili Biras Bosang.

Back to the story, tiba di Pantai Pengantap, saya kemudian langsung mencari kenalan saya yang berprofesi menjadi seorang nelayan.

Setelah bertemu, saya kemudian mengutarakan maksud kedatangan saya, yaitu ingin menyewa perahunya dan mengantar kami ke Gili Biras Bosang. Untungnya, waktu itu beliau sedang tidak sibuk dan bersedia mengantar kami menuju Gili Biras Bosang. Yuhuuu!

Oh ya, FYI, Gili Biras Bosang ini secara administratif masuk ke dalam kawasan Dusun Pengantap, Desa Buwun Mas, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat.

Dari Kota Mataram, dapat ditempuh dengan rute sebagai berikut: Mataram – Gerung – Lembar – Sekotong Tengah – Desa Buwun Mas – Dusun Pengantap – Gili Biras Bosang.

Kami kemudian bersiap dan segera berjalan menuju pantai mengikuti si bapak. Tiba di pantai kami langsung naik ke atas perahu “mungil” si bapak.

Perahu ini hanya muat untuk 4 orang dan masih menggunakan mesin tradisional. Untuk menghidupkan mesin perahunya, dibutuhkan seutas tali tambang kecil untuk memutar dan menarik katupnya.

Hmmm, pokoknya masih benar-benar sederhana.

Waktu itu, ada 4 orang diatas perahu, yaitu saya, teman saya, si bapak dan teman si bapak. Setelah semuanya siap dan mesin dinyalakan, kami pun berangkat menuju Gili Biras Bosang. Here we go!

Perjalanan menuju Gili Biras Bosang tidak membutuhkan waktu lama, hanya memakan waktu sekitar 10 menit. Ombaknya pun tenang, sehingga tidak membuat perahu “mungil” yang kami tumpangi bergoyang ria.

Selama perjalanan, kami disajikan panorama alam yang indah dan tentunya air laut yang sangat-sangat bening. Kalau kata bule sih crystal clear water. Pokoknya air lautnya benar-benar bening dan bersih.

10 menit berlalu kami pun tiba di Gili Biras Bosang. Gili a.k.a Gosong Pasir ini benar-benar mungil dan terbentuk dari tumpukan pasir putih yang sangat halus dan lembut.

Pantai atau air laut disekelilingnya juga sangat bening, bersih dan tenang, sehingga sangat nyaman dan aman untuk tempat berenang atau berendam.

Di sekeliling gili ini juga banyak terdapat bintang laut berwarna orangye yang menambah daya tarik dan keindahan gosong pasir ini.

Tidak mau membuang-buang waktu, kami pun langsung berenang dan berbasah ria di air lautnya yang sangat segar. Hati pun senang serta pikiran menjadi damai dan tenang.

Berada di Gili Biras Bosang ini rasanya seperti berada di private island, ini gili berasa kayak kita yang punya. Gak ada orang lain dan gak ada keributan.

Keadaan yang tenang dan damai seperti ini membuat kami sangat betah berlama-lama berada disini dan merasa sangat enggan untuk beranjak.

Tak terasa waktu semakin sore dan air laut mulai pasang lagi. Sedikit demi sedikit Gili Biras Bosang ini mulai mengecil. Kami pun memutuskan untuk segera pulang.

Kami kemudian naik ke atas perahu dan si bapak bersiap menyalakan mesin perahunya. Dan disinilah kejadian yang gak disangka-sangka terjadi.

Ketika si bapak mencoba menghidupkan mesin, tiba-tiba tali yang dipakai untuk menghidupkan mesinnya putus. Seketika keadaan menjadi sunyi dan senyap.

Kami saling memandangi satu sama lain. Kami semua tau, tanpa tali itu mesin tidak bisa dinyalakan dan kami semua paham, kalau mesin tidak bisa nyala perahu tidak bisa bergerak, and it meant that we’re being trapped here. Yuhuuu!

Mesin mati, air laut semakin pasang dan gilinya sedikit demi sedikit semakin mengecil dan akan segera tenggelam. Oh yeah, perfect!

Kalo saya sih gak usah ditanya paniknya kayak gimana, tapi herannya, si bapak dan temannya terlihat sangat tenang dan masih bisa senyum sambil mencoba menyambung tali yang putus. Tapi gagal.

Talinya tidak bisa disambung. Si bapak dan temannya kemudian berunding sejenak untuk memikirkan langkah yang akan diambil selanjutnya. Saya dan teman saya menunggu dengan perasaan panik yang semakin tak terbendung.

Beberapa saat kemudian, si bapak memutuskan bahwa kami berdua tetap di atas perahu dan si bapak serta temannya akan mendorong perahu sambil berenang.

Karena tidak ada pilihan lain dan kami tidak tau harus melakukan apa, jadi kami hanya mengangguk mengikuti arahan si bapak. 

Sambil berenang si bapak dan temannya mulai mendorong perahu sedangkan saya dan teman saya dari atas perahu membantu mendayung dengan papan kecil.

Alhasil, slow but sure, perahu mulai bergerak.

Setelah berjibaku mendorong dan mendayung perahu dengan semangat 45, kami akhirnya tiba di bibir Pantai Pengantap dengan selamat. Oh, thanks God!

Well, itulah kisah jalan-jalan kami yang tidak akan pernah terlupakan. Perjalanan yang mendebarkan dan membuat jantung hampir “copot”. But at least, it’s an amazing trip.

-the end-

Baca Juga: Jalan-Jalan Santai ke Gili Meno, Lombok Utara